Pendahuluan
Indonesia adalah negara tropis dengan iklim yang mendukung pengembangan ternak kambing. Lahan yang luas belum sepenuhnya dimanfaatkan untuk pertanian dan ternak. Produksi hijauan yang ada jauh dari cukup untuk mendukung populasi kambing sekitar 100 juta ekor. Pengembangan usaha ternak kambing sangat potensial, baik secara harian maupun komersial, dan diperkirakan akan meningkat untuk menyuplai daging. Ternak kambing dapat dipelihara mulai dari 2-5 ekor, yang bisa ditingkatkan menjadi 5-10 ekor, dengan kelebihan seperti tubuh kecil, mudah dipelihara, dan investasi yang rendah.
Pemasaran ternak kambing di Indonesia mengalami tiitk jenuh, dengan suplai daging kambing melebihi permintaan. Ternak kambing belum cukup berperan sebagai sumber daging atau susu. Namun, peluang ekspor kambing dan domba ke negara-negara seperti Malaysia, Brunei Darusalam, dan Timur Tengah cukup menjanjikan. Kebutuhan pasar lokal juga baik, dengan sekitar 5,6 juta ekor kambing diperlukan per tahun.
Meskipun kambing memiliki potensi tinggi sebagai komoditas ekspor, Indonesia masih kesulitan memenuhi peluang ini karena populasi yang sangat sedikit. Persyaratan untuk ekspor juga mengharuskan bobot rata-rata antara 50-60 kg per ekor. Ketersediaan pakan hijauan penting untuk pengembangan ternak kambing dan untuk mempercepat pertumbuhan mereka. Penyebaran ternak kambing berkaitan dengan penyebaran penduduk, terutama di Pulau Jawa.
Pengendalian penyakit, kepemilikan lahan, dan keterampilan peternak juga perlu diperhatikan. Pengembangan ternak kambing dapat meningkatkan ekonomi peternak, dan upaya untuk memacu peternak sangat penting untuk masa depan. Tujuannya adalah untuk memahami prospek dan meningkatkan ekonomi peternak dalam usaha ternak kambing.
Prospek pengembangan usaha ternak kambing di Indonesia dapat dilakukan melalui perbanyakan bibit. Usaha ini telah banyak dilakukan oleh peternak kecil di pedesaan. Dukungan dari pemerintah, swasta, dan pemodal sangat penting untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan peternak. Diversifikasi usaha ternak kambing dan domba juga dapat meningkatkan keuntungan. Peningkatan kualitas dan produktivitas sumber daya peternak menjadi langkah awal untuk meningkatkan populasi ternak kambing.
Kegiatan pengembangan usaha ternak kambing meliputi beberapa tahapan, seperti peningkatan produksi melalui perbanyakan bibit, penerapan bioteknologi, dan kerjasama dengan perusahaan swasta serta lembaga penelitian. Pengembangan ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan peternak dan konsumen. Selain itu, penting untuk memperhatikan kelestarian lingkungan dalam usaha ternak.
Agroindustri memainkan peran dalam mengolah hasil pertanian dan peternakan menjadi produk yang bernilai tambah, termasuk daging, susu, kulit, dan produk lainnya dari ternak kambing. Keberhasilan usaha ternak dipengaruhi oleh manajemen yang baik, modal, ketersediaan pakan, dan pengendalian yang tepat.
Pasar ternak kambing dan domba memiliki siklus reguler dan permintaan yang besar. Hal ini menjadikan sektor peternakan sebagai peluang strategis untuk menciptakan kecukupan pangan dan meningkatkan pendapatan peternak. Ternak kambing dan domba memiliki segmen pasar yang menjanjikan di Asia dan terbuka untuk negara-negara di Asia Tenggara. Dukungan terhadap lalu lintas produk dan jasa di era globalisasi dapat meningkatkan daya saing dan mendorong inovasi dalam produk ternak.
Itulah sekilas pendahuluan mengenai apa yang bisa penulis terangkan secara singkat tentang Potensi bisnis dan Usaha Peternakan Kambing di Indonesia. Walaupun belum begitu detail dan mendalam, kiranya dalam tulisna ini, para pembaca dapat secara singkat mengetahu hal tersebut. Insha Allah pada tulisan yang lain akan penulisn paparkan lebih detail.
Nah, selanjutnya kita akan membahas perihal jenis-jenis kambing, berikut penjelasannya….
Ternak kambing di Indonesia banyak dipelihara oleh peternak kecil di pedesaan. Kambing Kacang telah ada sejak tahun 1900-an. Jenis-jenis kambing yang umum dipelihara mencakup Kambing Marica, Samosir, Muara, Kosta, Gembrong, Peranakan Ettawah, dan Kacang. Penyebaran kambing mencakup setidaknya 11 provinsi, menunjukkan bahwa berbagai wilayah di Indonesia cocok untuk pengembangan ternak ini. Faktor-faktor seperti vegetasi, topografi, iklim, dan budaya lokal juga mendukung pengembangan ternak kambing.
Pemerintah berupaya meningkatkan ketahanan pangan berbasis sumber daya lokal. Inovasi teknologi yang tepat untuk peternakan sangat dibutuhkan guna meningkatkan produk dan mendukung ekonomi masyarakat. Sumber daya alam harus dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan manusia dan pakan ternak. Informasi tentang pengembangan ternak kambing harus mudah diakses oleh semua pihak, karena terkait dengan aspek kognitif dan budaya, serta dampak sosial ekonomi dari teknologi.
Perkembangan teknologi dapat didorong oleh akademisi dan peneliti, yang menciptakan solusi dan inovasi untuk agribisnis. Lembaga usaha bisa menjadi tempat pelatihan dan kemitraan untuk mendukung diseminasi teknologi. Sejak ada instansi pemerintah yang mengurus sektor peternakan, banyak informasi dan teknologi yang dapat ditiru oleh peternak. Peternak di pedesaan umumnya berasal dari keluarga berpenghasilan rendah dan menengah, sehingga pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat berupaya meningkatkan pendapatan mereka melalui inovasi dalam budidaya kambing.
Usaha ternak kambing perlu dimodifikasi mengikuti perkembangan industri. Pakan ternak adalah hal penting yang harus dijaga kesediaannya. Penggunaan media sosial sangat penting untuk mendapatkan informasi akurat. Informasi tentang jenis ternak dapat diakses melalui internet dan media massa. Teknologi inovasi dengan cepat diterima dan digunakan. Banyak peternak di pedesaan yang belum memahami sepenuhnya usaha ternak ini, seringkali hanya sebagai usaha sampingan tanpa mengutamakan keuntungan yang memadai. [1]
Informasi yang disediakan berdampak pada aspek sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat. Masalah kompleks dalam masyarakat memerlukan pendekatan kritis dan interdisipliner. Sektor peternakan juga perlu memiliki pusat pembibitan kambing bersertifikat untuk meningkatkan ekonomi peternak. Ternak kambing dan domba dapat menjadi alternatif bagi pertumbuhan ekonomi peternak. Dari data yang penulis dapatkan, kesimpulan yang dapat penulis rangkum dari data tersebut didapatkan Sembilan jenis kambing lokal yang sudah dikarakterisasi kambing Benggala, Wetar, Marica, Samosir, Muara, Kosta, Gembrong, Peranakan Ettawah (Ettawa), dan Kacang.[2]
Diperkirakan ada sekitar 102 jenis kambing di seluruh dunia, dengan bobot yang bervariasi. Di Indonesia, terdapat 13 jenis kambing tersebar di kepulauan, dengan populasi utama di Jawa, Bali Sumatera, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Nah dari pada itu perlunya peningkatan pelestarian terhadap potensi genetic kambing local ini perlu ditingkatkan, sehingga potensi kambing yang berada di berbagai daerah di Indonesia dapat terdata dengan akurat.
Dari pada apa yang sudah penulis buat dapat disimpulan, Dari Sembilan bangsa ternak kambing lokal Indonesia, kambing Peranakan Ettawa dan Muara termasuk kategori besar, sementara Kosta dan Gembrong kategori sedang, dan Kacang, Samosir, serta Marica kategori kecil.
Nah apakah teman-teman tahu Kambing Benggala dan Wetar ini masuk kategori yang mana ya?
“Liburan? Yuk kumpul keluarga sekalian aqiqahan si kecil!”
Segera Hubungi Al Fath Aqiqoh untuk moment spesialmu.
Malang, Senin, 30 Juni 2025, 8.48 WIB
Tim Al fath Farm
[1] https://docs.google.com/viewerng/viewer?url=https://journal.trunojoyo.ac.id/agriekonomika/article/viewFile/4459/3258
[2] https://d1wqtxts1xzle7.cloudfront.net/31201347/lgen06-23-libre.pdf?1392235761=&response-content-disposition=inline%3B+filename%3DPotensi_keragaman_sumber_daya_genetik_ka.pdf&Expires=1751250541&Signature=cc0kPHdUCLVPI1AzLr29yPoSHRU3K4h9iIHWyyWEknLqfEv~wmVynajsvpdvvnfSYr8GEU8S-5zixM~RNxTNlJ~xToOw2OFzgyoj8tYC3wzQNt8ZMEFm4aOjDltu3VU8Foz4yL9ftCgZEbQuj4DIxh05yjNfIh7uHyQGSp-N2BAvrd9r6AHqv~4GFut2dvHZ5lAPXq5O8PsNUbNJmhgc0Kghlrwedudu9DU8GcWDwcwGGHpE2KNDBGVspw0gkyweIzPnhWXnXlje2T8oZIYqYHfn0mlG1CyRj-OU6Xn-61hHo4ZZwve3FsjUhDBDCGNzrW50pf61FfB2FmPKhqeG~A__&Key-Pair-Id=APKAJLOHF5GGSLRBV4ZA